Dibawah terik matahari..
Disini
aku berdiri, menundukkan kepalaku dibawah terik panasnya matahari.
Di saat ada
kesempatan, aku mencoba mengistirahatkan leherku dengan
mengadahkan kepalaku ke
atas, sinar mentari saat itu sangat cerah sampai
mengahalangi penglihatanku sejenak. Disaat yang lain
sedang sibuk
baris-membaris dibawah arahan para senior, hanya aku yang berdiri sendiri
disini.
Hari
pertama ospek ku tidak semulus yang kukira, berdiri dalam kondisi
dihukum
karena telat dan tak sengaja mengolok-olok salah satu senior di kampus
ini pun
menjadi kendala. Aku bisa mendengar suara gemerisik yang berasal
dari lambaian
rumput dari kejauhan, dan ternyata itu suara langkah seseorang . .
“Kenapa kamu bisa telat ?”
Terdengar
suara berat tanya dari seorang senior . .
“Maaf
kak, kesiangan”
Aku tidak bisa membuat alasan yang bagus, karena panas nya
terik matahari
mempengaruhiku.
“Kamu ini mahasiswa baru. Sudah
telat datang, malah ngoceh sesuatu yang
tidak jelas dihadapan senior”
Setelah
ucapannya tadi, aku tidak bisa mendengar apa-apa lagi yang dia katakan,
dikarenakan
efek panas ini membuat kepalaku merasakan sensasi pening yang
tidak bisa
kutahan . .
“Ya
sudah, istirahatkan leher mu sebentar .. setelah itu tundukkan lagi”
Aku
hanya bisa menghembuskan nafas lega, bisa mengistirahatkan leher ku untuk
sementara. Baru saja rasa penat di leherku hilang . .
“Yap,
tundukkan lagi kepalamu”
Disitu
aku hanya bisa berpikir ya allah, bentar amat . . kerasa aja kagak
Di
saat aku ingin menundukkan kepalaku, tatapan ku dengan sendirinya mengarah
ke
seseorang. Diatas padang rumput hijau, disanalah dia berdiri. Dihadapan para
calon
mahasiswa baru, di antara celah celah mentari.
Sinar mentari kala itu sedikit
menghalangiku melihat wajahnya.
Tapi aku merasa dia sedang tersenyum melihatku
. .
Aku
pun menundukkan kepalaku, merasakan kembali semua penat dileherku.
Tak lama
kemudian, aku mendengar sesuatu . .
“Ada
apa ini, sen?”
Suara
perempuan itu sejenak meringankan sedikit rasa penat yang menyelimuti
leherku,
namun kondisi ku sekarang hanya bisa membuatku melihat rerumputan
yang ditutupi
oleh bayanganku, dan aku pikir dia mungkin salah satu senior yang lain . .
Setelah
dia mendengarkan jawaban dan penjelasan dari senior laki-laki yang
sedang menghukumku . .
“Ayolah
sen, inikan masih hari pertama ? kasihan dia, kasih dia dispensasi sedikit lah”
Aku
bisa melihat bayangannya mendekatiku . .
“Halo
. . kamu masuk grup berapa?”
“emm.
. grup ka-tiga (KIII) kak”
jawabku sambil membersihkan keringat yang menetes dari wajahku
“Well,
ternyata dia anggota kelompokku, sen . . boleh kubawa dia ke kelompokku ?”
Aku
tidak bisa mendengar jelas argumentasi dari senior yang menghukumku tadi . .
“Yap,
sudah selesai nunduk-nunduk nya . . angkat kepalanya”
Akupun
mengangkat kepalaku, dan setelah aku mengangkat kepalaku . .
“Halo!”
Sapaan darinya yang dihiasi dengan senyuman manisnya.
Dia.
. dia yang sesaat kutatap ketika aku ingin menundukkan kepalaku tadi,
ternyata
berada didepanku. Tersenyum melihatku, aku pun terdiam terpaku
melihat
senyumannya yang tertuju kepadaku . .
“Lho?
Kok diem gitu ?”
Setahuku,
lidah itu tak bertulang . . namun nyata nya lidahku terbujur kaku,
tertahan,
dan tak bisa mengatakan apa-apa disaat dia menanyakan hal ringan
yang bisa
dijawab dengan layak ?
“Ya
udah, ku bawa kamu ke barisan kelompok kita”
Sesampai
di barisan kelompok..
“Naah.. silahkan gabung sama teman-teman baru
kamu. Jangan malu buat
kenalan.”
Aku bisa melihat wajah-wajah calon teman-teman ku dibarisan, seperti merasa tak ada
beban dengan ketua grup mereka.
Aku bisa membayangkan bahwa ospek ini bakalan
berkesan.
3 Bulan Setelah itu
Bersandar
di sofa ruang tamu asrama mulai menjadi kebiasaanku beberapa
bulan ini, disaat
waktu luang maupun ketika jadwal kuliahku kosong,
aku selalu menghabiskan waktu
ku disini sambil membaca tumpukan
komik koleksi ku. Entah kenapa, aku mulai
merindukan masa-masa
putih abu-abuku . . .
“Bro, temenin gue yuk . . loe
lagi gak ada kerjaan kan ?”
Tanya Madjar, teman sekamar ku
yang sepertinya sedang bergegas sambil
membawa sesuatu . .
“lagi ngomik sih . . emang mo
ngapain ?”
“Ini
. . gua mo ngumpul tugas kemaren, udah lama sih selesai nya . .
cuman gua lupa kalo deadline nya itu hari
ini”
Dengan
menyandarkan kepalaku di satu sisi sofa, dan menyandarkan kakiku
di sisi lain
sofa, aku tidak mendengarkan omongan teman ku lagi,
karena atmosfer buku komik
bagiku tidak bisa ditahan . .
“Gimana
mau gak ?”
Mata
ku terlalu focus ke buku kecil dengan 100 lembar halaman itu, aku
sudah tak
mendengarkan apa-apa lagi . .
“Ya
udah gua temenin, tapi jangan lama-lama”
“Cuman
ngumpul tugas doang kok, malahan nanti . . loe yang bakalan
betah disana”
Aku yang bakalan betah ? apa maksudnya ?
Baiklah,
aku menuruti kemauan teman ku ini. Lagipula aku sedang free.
Langkah
demi langkah aku menyusuri lorong kampus, sambil
menggengam komik dengan
headset yang terpasang disebelah telingaku.
Saat itu aku bisa melihat langkah teman
ku dengan tiba-tiba terhenti.
“Esh..
kenapa stop mendadak gitu sih? Gua gak liat jalan nih”
“wkwk..
loe asik ngebaca mulu sih, berhenti bentar napa..”
Ternyata kami sudah berada ditempat yang
dijanjikan teman ku untuk
mengumpulkan tugasnya tadi . .
“Loe
kalo mau ikut masuk, ikut aja gak apa apa kok”
“Kagak
ah, gua nunggu disini aja”
“Ya
udah kalo gitu..”
Lembar
demi lembar kubalik, halaman demi halaman kubaca . .
sampai aku mencapai
lembaran kertas di akhir buku itu . . .
Itu orang lama amat, padahal cuman ngumpul
tugas doang . .
Aku
melihat pintu ruangan tempat temanku tadi masuk, masih
tertutup dan perasaanku
tidak ada suara seperti pintu terbuka lagi
atau aku tak sadar kalau teman ku
itu sudah keluar tanpa
sepengetahuanku ?
Lama
menunggu, aku berniat ingin memasuki ruangan itu.
Sesampai di depan pintu
ruangan itu, tanganku sudah hampir
megenggam gagang pintu, namun pintu itupun
terbuka dari dalam..
“Eh..? Aduduh!”
Aku
tanpa sengaja menabrak seseorang wanita yang baru saja
keluar dari ruangan itu.
Aku membuat semua bawaannya jatuh.
Tampak seperti kertas-kertas tugas yang
jatuh berserakan, aku harap
dia bukan seorang dosen…
“Aduh..
maaf bu, saya ga liat ibu. Sini saya bantuin”
Ku
ambil selembar demi selembar kertas itu dari lantai, lalu …
“ihh.. jangan panggil aku ibu dong, aku kan
bukan dosen… Eh?”
Sambil merapikan poni rambutnya, dia terkejut melihatku.
“Eh?
Kakak..?”
TO BE CONTINUED . . .
0 komentar: